Sejarah Browser Opera
February 27th, 2012, Written by: | Categories: Internet, Opinion

Telenor, perusahaan telekomunikasi milik negara Norwegia memiliki sebuah projek riset untuk Internet browser software yang disebut dengan MultiTorg Opera. Pada saat itu, Jon Stephenson von Tetzchner dan Geir Ivarsøy merupakan bagian dari kelompok periset. Belakangan Telenor menghentikan projek ini. Tetapi tidak dengan Tetzchner dan Ivarsøy. Mereka meminta izin untuk mendapatkan hak atas MultiTorg Opera dari Telenor.

Logo Opera

Logo Opera

Akhirnya hak atas Multitorg Opera pun diperoleh. Pada tahun 1995, dua rekan ini kemudian berhenti dari Telenor dan membentuk perusahaan sendiri yang dinamakan Opera Software untuk melanjutkan pengerjaan browser tersebut. Jangan berpikir Opera Software dimulai dengan modal jutaan. Perusahaan ini hanyalah perusahaan dengan 10 karyawan tanpa ada budget marketing sama sekali. Dan Tetzchner, sebagai CEO, tetap menulis code.

Jon Stephenson von Tetzchner dan Geir Ivarsøy

Jon Stephenson von Tetzchner dan Geir Ivarsøy pada zaman dulu

Akhirnya browser Opera versi 2.0 pun muncul pada tahun 1996. Jangan heran jika Opera tidak memiliki versi 1.0. Ini dikarenakan Opera versi 1 adalah MultiTorg Opera, dan software ini tidak pernah disebarluaskan ke publik.

Opera 3 yang dirilis pada akhir 1997, merupakan versi Opera pertama dengan dukungan JavaScript. Dukungan dengan Java masih belum ada sehingga Java Applet tidak dapat dijalankan.

Pada saat itu, Opera memiliki kecepatan render yang tinggi dibandingkan browser lainnya. Seperti dikutip Paul Boutin dari majalah Wired, ketika dia membuka Web CNN.com dia mengira sedang membuka halaman lama dari cache.

Belakangan pada tahun 1998 dirilis Opera 3.5 dengan dukungan CSS dan fungsi upload file. Asal tahu saja CTO Opera Software adalah Håkon Wium Lie, semenjak Opera 3.5. Orang ini bukanlah sembarangan, karena dia adalah salah satu penemu CSS. Hingga versi-versi mendatang, Opera selalu sesuai dengan standar Web. Hanya saja implementasi JavaScript-nya selalu paling buruk dibandingkan dengan browser-browser lainnya.

Dari versi 4, 5 dan 6 Opera menambah berbagai fitur seperti email client, ICQ (pada versi belakangan dihilangkan), dukungan Unicode. Pada versi ke 7, Opera menggunakan engine baru bernama Presto, sehingga ditulis ulang besar-besaran. Pada versi ke 8, Opera mendukung Scalable Vector Graphics (SVG) 1.1 Tiny.

Kemudian kabar gembira bagi pengguna Opera datang pada saat versi 8.5. Opera akhirnya gratis dan tidak akan ada lagi gangguan iklan. Sebelumnya Opera merupakan browser berbayar, dan versi gratisnya memiliki iklan-iklan di dalam browser-nya. Sifat ad-ware-nya ini mendapat kritikan dari beberapa kalangan mengingat browser-browser lain seperti Firefox dan Internet Explorer mampu memberikan kualitas tidak jauh berbeda dengan gratis. Penulis pribadi sebetulnya tidak merasa ada yang salah dengan sistem iklan ataupun berbayar, mengingat Opera adalah perusahaan yang harus mendapat pendapatan. Berbeda dengan Internet Explorer yang memiliki Microsoft di belakangnya dan Firefox yang mendapat dukungan dari berbagai pihak Open Source.

Beli Opera

Beli Opera! Atau kami ganggu kamu dengan banner ini

Sampai penulisan artikel ini, Opera terbaru adalah versi 11.6.1 dan sudah terdapat versi 12 alfa dengan dukungan WebGL dan Opera Reader. Sebagai browser desktop, penulis sangat salut dengan kemampuan Opera selangkah di depan pesaing lainnya dalam memberikan fitur-fitur bermanfaat. Misalnya fitur multi-tab dan mouse gesture. Selain itu Opera juga sudah terintegrasi berbagai fitur seperti chatting pada IRC dan download dengan BitTorrent, sehingga user tidak perlu harus mencari add-on lagi.

Walaupun mungkin kurang berkibar di dunia desktop, Opera merajalela di dunia mobile. Terbukti Opera Mini dan Mobile dapat ditemukan di berbagai ponsel maupun smartphone. Demikianlah sejarah Opera dalam perkembangannya yang dimulai dari sebuah perusahaan kecil yang sederhana sampai menjadi hari ini sebuah perusahaan browser yang disegani di dunia.

More about: , ,

Leave a Reply